Kelebihan dan Kekurangan Pengolahan IPAL dengan Proses Kimia



Kelebihan :
  1. Air hasil pengolahan relatif lebih jernih bila dibang dengan proses mekanikal
  2. Kadar kekeruhan (turbidity), BOD, COD dan lainnya dialiran effluent jauh berkurang (effesiensi pengolahan sekitar 80-90%)
  3. Bila dilewatkan melalui alat filtrasi, hasilnya menjadi lebih jernih dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain (pencucian/washing, penyiraman tanaman dan lainnya)
  4. Analisa parameter terhadap air effluent tersebut dapat memenuhu Baku Mutu (dibawah Baku Mutu), sehingga dapat mendapat peringkat BIRU dari pihak LH
  5. Pihak perusahaan tidak perlu khawatir bila dikomplain oleh masyarakat sekitar.
  6. Lingkungan tidak mengalami pencemaran ( pencemaran relatif kecil)
  7. Proses koagulasi : 
  •  Larutan tawas berfungsi untuk menurunkan kadar kekeruhan ; BOD,COD dan lainnya. 
  • Lumpur yang terbentuk sekitar 1-4% dari debit influent (tergantung tingkat kekeruhan effluent
  • Pengadukan relatif cepat (turbulen) dengan RPM antara 100-300 agar terjadi pencampuran sempurna.
      8.  Proses Flokulasi
  • Gumpalan yang terbentuk bertambah besar ( karena penambahan larutan flokulan),sehingga relatif mudah mengendap/mudah dipisahkan dari cairannya.
  • Dengan pengadukan relatif lambat (laminer), RPM antara 10-50
  • Waktu tinggal di dalam bak sedimentasi atau clarifier sekitar 1-3 jam.
Kekurangan :
  1. Terbentuk lumpur (sludge) dan dianggap sebagai lumpur B3.
  2. Memerlukan tempat bahan kimia ( koagulan dan flokulan), sehingga menambah biaya operasional.
  3. Lumpur yang terbentuk relatif lebih banyak bila dibanding metode mekanikal.
  4. Perlu peralatan untuk treatment lumpur yang terbentuk (misal; filter press/belt press)
  5. Agar lumpur bisa/dapat dipress, maka perlu ditambah bahan pengental (thickener)
  6. Ada tambahan biaya untuk pengelolaan lumpur ( diberikan pihak ke tiga).
  7. Diperlukan SDM yang memadai ( bidang proses kimia).
  8. Cairan dari lumpur harus dikembalikan kepada umpan/bak ekualisasi, sehingga menambah bahan kimia untuk pengolahan.
  9. Ada biaya energi listrik untuk pengolahan.
  10. Harus ada tempat penampungan sementara (TPS) untuk lumpur yang sudah kering.
  11. Kapasitas TPS dapat menampung lumpur padat maksimal untuk jangka waktu 90 hari (3 bulan).
  12. Setelah 3 bulan harus dikirim ke pihak ketiga/PPLI.
  13. Ada biaya tambahan treatment lumpur yang sudah kering (karena bersifat B3).
  14. Diperlukan tempat/stok bahan kimia untuk jangka waktu minimal 1 (satu) bulan yang akan datang.
  15. Harus memiliki SOP ( Standart Operating Procedure) dan data MSDS bahan kimia (MSDS=Material Safety Data Sheet).
  16. Diperlukan untuk tempat pengeringan lumpur (SDB = Sludge Drying Bed).
  17. Secara keseluruhan, biaya operasional diatas relati lebih besar bila dibandingkan metoda/operas mekanikal.
  18. Lumpu yang terbentuk sekitar 1-4% debit umpan.